Warga Sampang Pamekasan Gotong Royong Cor Jalan, Dana Swadaya Jadi Jawabannya

Pamekasan l bnewsnasional.org – Di tengah melimpahnya kucuran dana desa dan janji pembangunan, warga dua kabupaten di Madura justru harus turun tangan sendiri memperbaiki jalan. Pada Rabu (20/8/2025), masyarakat Desa Terak, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, dan Desa Rabasan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, bahu-membahu mengecor jalan sepanjang 2 kilometer yang vital bagi perekonomian mereka.

Hingga saat ini, sekitar 600 meter jalan sudah berhasil dibangun. Uniknya, dana yang digunakan murni berasal dari swadaya warga, mulai dari petani, pedagang kecil, hingga para dermawan.

Baca Juga: Warga Sukamanah Keluhkan Ribetnya Urus Akta di Rajeg

“Kalau menunggu realisasi dari pemerintah, seringnya lambat. Jadi, warga sepakat bergerak sendiri. Siapa pun yang mau menyumbang, kami terima dengan senang hati,” ujar Usman, seorang tokoh muda dari Desa Rabasan.

Semangat gotong royong ini juga mendapatkan dukungan penuh dari para ulama, termasuk Kyai Hasan Jauhari dari Proppo, Pamekasan. Bahkan, hujan deras yang mengguyur sehari sebelumnya tidak menyurutkan niat mereka untuk terus bekerja.

Namun, di balik semangat tersebut, terselip kekecewaan mendalam. Warga mempertanyakan prioritas pemerintah daerah. Jalan yang menjadi penghubung penting antarkabupaten ini seakan luput dari perhatian.

Baca Juga: Warga Pehserut Tanam Jagung-Terong Tumpang Sari, Dukung Ketahanan Pangan

“Kami kadang bertanya-tanya, sebenarnya ke mana dana desa yang tiap tahun dikucurkan? Kok jalan sepenting ini harus dibangun dengan keringat rakyat sendiri?” keluh salah seorang warga.

Dengan dana swadaya yang terus terkumpul, mereka optimistis jalan bisa rampung pada akhir tahun 2025. Tujuannya sederhana, agar para petani dan pedagang bisa menikmati akses yang lancar untuk mengangkut hasil panen dan barang dagangan.

Baca Juga: Tanah Warga Diserobot PUDAM di Bangkalan, Proses Hukum Dimulai

Aksi gotong royong ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah, menunjukkan ironi di mana anggaran miliaran rupiah sering kali tidak jelas peruntukannya, sementara warga harus berkorban untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sendiri.(Red)

 

Editor : Redaksi

Berita Terbaru