Madura - beritanewsnasional.com - Pulau Madura terkenal dengan Pulau Garam yang terdiri dari 4 Kabupaten yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Baca juga: Garda Pali Budaya Pasopati Kukuhkan Diri di Puncak Pertapaan Indrokilo
Kabupaten Sumenep merupakan wilayah yang dipercaya sebagai pusat kerajaan Madura pada zaman dahulu. Oleh sebab itu dialek bahasa Madura adalah dialek Sumenep.
Suku Madura memiliki beberapa budaya yang masih mirip dengan kebudayaan suku Jawa. Selain karena faktor kedekatan secara geografis adalah karena faktor ekspansi kerajaan Majapahit pada zaman dulu yang juga memasuki wilayah Madura dan akhirnya terjadi percampuran budaya.
Salah Satu Budaya dan Tradisi suku Madura adalah, CAROK yang berasal dari bahasa kawi kuno yang artinya perkelahian. Tradisi carok merupakan tradisi pertarungan atau perkelahian antara dua orang atau dua keluarga besar dengan menggunakan senjata clurit.
Pertengkaran ini biasanya berkaitan dengan harga diri, baik diri pribadi maupun keluarga serta perebutan wanita. Terkadang tradisi carok ini bisa membawa pada munculnya korban jiwa.
Sedangkan untuk senjata tradosionalnya adalah CLURIT yang merupakan senjata tradisional yang sangat khas suku madura. Bentuk Clurit hampir mirip dengan arit pada suku Jawa yang biasa digunakan untuk bertani dan berkebun.
Baru-baru ini Carok massal kembali terjadi di Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Peristiwa yang melibatkan enam orang ini menyebabkan empat orang tewas di tempat. Kasus ini mendapatkan sorotan dari masyarakat luas tak hanya di Madura, tapi hingga di Nusantara.
Sehingga perlu adanya pwean penting para Tokoh masyarakat maupun para Alim Ulama untuk menyampaikan dampak negatif dari pertikaian (Carok) akan berkepanjangan. Pasalnya, sulit mencegah keturunan atau kerabat keluarga yang bertikai membuang rasa dendam. Hal tersebut menyebabkan adanya potensi carok kembali di masa akan datang.
Baca juga: Tokoh Masyarakat Gundih Haji ORE Gelar Tradisi Sandur Madura
Sekalipun Carok dipercaya sebagai tradisi yang membantu masyarakat memperoleh kembali harga dirinya, dan opsi penyelesaian konflik yang paling ampuh meskipun bersifat sesaat.
Red
Editor : Redaksi